penerapan k3 pada proyek konstruksi – Konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di dalamnya melibatkan banyak unsur. Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga unsur-unsur lain yang mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya bahan material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah kenapa semua pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi.
Apa itu K3?
Pada dasarnya penerapan K3 tidak hanya ada pada lokasi proyek pembangunan atau konstruksi. Melainkan juga diterapkan pada bidang pekerjaan lain seperti pabrik hingga institusi pemerintahan. Hanya saja, mengingat risiko pekerjaan konstruksi yang lebih berat, penerapan K3 seolah-olah hanya menjadi kewajiban pemilik perusahaan konstruksi. Untuk itulah, istilah K3 ini seharusnya tidak asing bagi Anda yang bekerja atau justru terlibat dalam dunia konstruksi. Tidak asing juga bagi Anda yang bekerja di pabrik hingga institusi pemerintahan tentunya.
K3 merupakan kepanjangan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seperti yang telah diulas secara singkat sebelumnya, K3 ini sendiri adalah bidang yang berkaitan erat dengan keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja yang penerapannya ada pada proyek hingga perusahaan konstruksi itu sendiri. Sesuai namanya, tujuan penerapan K3 adalah mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, terutama manusia atau tenaga kerja yang terlibat.
Pada praktiknya, penerapan K3 tidak hanya dilakukan oleh pekerjaan konstruksi saja. Melainkan juga banyak institusi dan perusahaan lainnya. Semisal pabrik, rumah sakit, laboratorium dan banyak lagi. Pada pekerjaan konstruksi, penerapan K3 ini sendiri meliputi banyak aspek. Dari aspek pencegahan, adanya pemberian sanksi, juga kompensasi, penyembuhan dan perawatan luka untuk para pekerja hingga tersedianya perawatan kesehatan untuk yang terluka dan sedang cuti sakit.
Bahaya fisik dan mekanik di dunia konstruksi
Penerapan K3 dalam dunia profesionalisme kerja, pada dasarnya mengacu pada risiko bahaya yang terjadi selama pekerjaan dilakukan. Terdapat beberapa jenis bahaya yang berbeda, sehingga penerapan K3 sendiri juga berbeda. Untuk pekerjaan konstruksi, penerapan K3 konstruksi perlu diterapkan karena beberapa risiko bahaya fisik dan mekanik yang berpeluang besar terjadi selama pekerjaan dilakukan. Mengingat adanya penggunaan alat-alat berat, jumlah material bahan yang sangat besar hingga sulitnya pekerjaan yang dilakukan.
Terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beberapa konstruksi mengharuskan pekerja untuk bekerja pada ketinggian tertentu. Sehingga risiko jatuh dari ketinggian hingga meninggal saat bekerja, berpeluang besar terjadi. Sementara pekerjaan yang melibatkan alat-alat berat, dari mulai memindahkan komponen besar, melakukan pemotongan hingga penyatuan komponen tertentu, juga berisiko membuat pekerja mengalami luka bakar, tertusuk, tertimpa dan banyak lagi.
Bahkan seorang pekerja konstruksi juga tidak memiliki lingkungan kerja yang nyaman selama proyek berlangsung. Tempat konstruksi yang sempit, lingkungan yang rawan bencana hingga kebisingan dari penggunaan alat-alat berat, memiliki risiko bahaya yang tidak dapat diremehkan. Risiko pekerja mengalami sesak napas, pusing, kelelahan, kram hingga stres karena suhu udara yang sangat panas dapat terjadi. Pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi, salah satunya adalah untuk meminimalkan risiko-risiko bahaya tersebut.
Sistem manajemen K3 yang professional
Mengenai penerapan K3 dalam konstruksi dan pekerjaan lainnya, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Hanya saja, telah dibuat standar baku K3 internasional yang mengharuskan setiap negara melaksanakan penerapan K3 minimal. Untuk mewujudkan penerapakan K3 yang lebih optimal dalam dunia konstruksi, setiap perusahaan wajib memiliki Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang akan mengatur penerapan K3 dengan baik.
Sekilas, penerapan K3 dalam dunia konstruksi ini hanya menguntungkan para pekerja. Namun pada dasarnya penerapan K3 ini untuk melindungi pekerja sekaligus perusahaan. Saat pekerja terluka selama proyek konstruksi, maka perusahaan juga akan mengalami kerugian. Dengan sistem menajemen K3 yang optimal, kerugian yang terjadi pada kedua belah pihak baik pekerja dan juga perusahaan dapat diminimalkan.
Siapa saja yang terlibat dalam suksesnya penerapan K3 dalam perusahaan atau proyek konstruksi? Seperti yang telah diuraikan di atas, konstruksi melibatkan banyak pihak dari pekerja, perusahaan dan masih banyak lagi. Kesuksesan penerapan K3 dalam proyek konstruksi tidak lepas dari kerjasama pihak-pihak yang terlibat dalam proyek hingga manajemen. Di Indonesia sendiri, meski payung hukum sudah tersedia, pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi masih sering diabaikan. Hal inilah yang justru memberi banyak kerugian pada pekerja hingga perusahaan dan manajemen.
Leave a Reply